Pada masa itu, transmigrasi diinisiasi Pemerintah Hindia Belanda. Namun, saat itu namanya adalah program kolonialisasi. Sebanyak 155 keluarga dari Keresidenan Kedu, Jawa Tengah, dipindahkan ke Lampung untuk perluasan daerah perkebunan yang dikelola Pemerintah Hindia Belanda di luar Jawa.
Para transmigran itu datang ke Lampung dengan naik kapal laut dari Pelabuhan Tanjung Priok dan bersandar di pelabuhan kecil di kawasan Teluk Betung, Bandar Lampung. Kini, kawasan yang dulunya pelabuhan itu berubah menjadi tempat pendaratan ikan para nelayan di Teluk Lampung serta pasar ikan.
Dari Teluk Betung, para transmigran berjalan kaki selama dua hari menuju sebuah desa yang diberi nama Bagelen. Nama itu persis seperti nama wilayah Kabupaten Purworejo (dulu disebut Bagelen), yang menjadi bagian dari Keresidenan Kedu.
Keresidenan Lampung yang berada di ujung Sumatera dianggap cocok karena masih banyak lahan kosong. Selain itu, mereka juga harus menyeberang lautan sehingga tak mungkin akan kembali ke daerah asal. Agar betah, setiap kepala keluarga diberi bantuan berupa 20 gulden, perlengkapan pertanian, dan alat masak.
Setelah transmigrasi pertama tahun 1905, orang-orang dari Jawa terus dipindahkan ke Lampung. Menurut cacatan Museum Nasional Ketransmigrasian, sepanjang tahun 1905-1943 terdapat 51.000 kepala keluarga yang dipindahkan dari Jawa ke Lampung.
Saat ini, keturunan para transmigran itu tersebar ke sejumlah daerah di Lampung, antara lain Kabupaten Tanggamus, Pringsewu, dan Metro.
Desa yang dihuni keturunan generasi kedua dan ketiga warga transmigran asal Jawa Tengah dan Yogyakarta itu tetap melestarikan kesenian karawitan Jawa. Di Desa Tirta Kencana, warga suku Bali hidup berdampingan dengan warga suku Jawa dan Lampung.
Para transmigran menemui kenyataan bahwa mereka datang dari beberapa daerah, berlatar belakang suku yang beragam, dan harus bertetangga dengan warga asli Lampung. Mereka saling melihat, berkomunikasi, saling mengenal, lalu berbaur.
Penduduk Biasa |
---|
14 September 2016 06:09:16 Selamat atas Lounchingnya Website Kampung Tanjung Harapan |